BANJARNEGARA- Di masa pandemi Covid-19 yang melahirkan kontraksi pertumbuhan perekonomian nasional dan global, BPR Bank Surya Yudha (BSY) Group masih berhasil mencetak laba kotor yang signifikan pada tahun buku 2020. Untuk BSY Banjarnegara mencatatkan laba Rp79,8 miliar, sedangkan BSY Wonosobo mencetak laba sebesar Rp20,6 miliar. Secara konsolidasi BSY Group mampu meraup laba kotor sebesar Rp100,4 miliar.
Direktur Utama BSY Banjarnegara Sugeng Riyanto mengatakan bahwa selama tahun 2020, dunia perbankan masih menghadapi situasi yang sangat berat karena pembatasan mobilitas warga masyarakat berdampak langsung pada dunia usaha, termasuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang menjadi ceruk utama pasar BSY.
“Berkat kerja team yang kuat, daya juang seluruh karyawan, arahan dari pimpinan, bimbingan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta kerjasama dengan para mitra dan stakeholder, di dalam situasi ekonomi yang sulit pun BSY Group masih tetap bertumbuh positif, baik dalam penghimpunan dana, penyaluran kredit, dan aspek-aspek operasional lainnya, termasuk perolehan laba” kata Sugeng Riyanto, kepada Suara Merdeka, Sabtu.
Dari laba kotor sebesar Rp100,4 miliar setelah dikurangi pajak maka diperoleh laba bersih sebesar Rp78,2 miliar yang merupakan deviden bagi para pemegang saham.
Sebagian laba tersebut sebesar Rp50 miliar digunakan untuk menambah modal disetor dan sisanya dibagikan kepada para pemegang saham.
Bagian yang menjadi hak para pemegang saham inilah yang digunakan untuk membeli tanah dan membangun gedung-gedung baru kantor BSY.
Melalui skema penambahan modal ini, BSY Banjarnegara yang dengan aset saat ini Rp2,88 triliun akan segera memiliki modal inti sekitar Rp372,219 miliar sedangkan BSY Wonosobo dengan aset Rp782 miliar dengan modal inti Rp85,6 miliar.
Pembayar pajak besar
Atas besaran laba yang diraih tersebut di atas, tahun 2020 BSY bisa memberikan kontribusi pajak konsolidasi (Pph pasal 25, 21, 23 dan 4 ayat 2 termasuk pajak pribadi Satriyo Yudiarto) kepada negara sebesar Rp64,528 miliar.
Tidak ada PHK
Sementara itu Komisaris BSY Banjarnegara Ananta Yudha Irianto menyampaikan rasa syukurnya karena dalam kondisi ekonomi yang belum kunjung pulih, BSY masih tetap eksis memberikan pelayanan secara maksimal kepada para mitra bisnisnya.
“Kami berhasil melakukan konsolidasi di awal pandemi untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi. Memang cukup berat karena harus melakukan berbagai penyesuaian, termasuk kebijakan stimulus dan relaksasi dari pemerintah, namun BSY berhasil lulus dari ujian berat tersebut” kata Ananta yang juga salah seorang pemegang saham BSY.
Yang lebih menggembirakan adalah pada saat di mana-mana kecenderungan dunia usaha melakukan pemutusan hubungan kerja, BSY sama sekali tidak melakukan pemutusan hubungan kerja. “Kami bahkan masih rutin melakukan rekrutmen karyawan untuk memenuhi formasi SDM. Hak-hak karyawan seperti bonus tengah tahun, akhir tahun, serta tunjangan hari raya tetap diberikan normal sebagaimana tahun-tahun sebelumnya ” tambah Ananta.
Merespon kinerja baik yang ditunjukkan jajaran manajemen, para pemegang saham, utamanya pemegang saham pengendali (PSP) yang juga founder BSY Satriyo Yudiarto memberikan kebijakan bahwa laba bersih yang sebetulnya merupakan hak penuh bagi para pemegang saham (deviden), sebagian tidak diambil untuk disetorkan kembali demi perkuatan modal.
Digitalisasi perbankan
Sebagai upaya meningkatkan pelayanan kepada para nasabah, BSY secara bertahap dan terus-menerus melakukan penyempurnaan penerapan digitalisasi layanan perbankan.
Diakui bahwa digitalisasi perbankan sangat membantu operasional BPR untuk menjadi lebih cepat, lebih aman, dan lebih nyaman karena digitalisasi perbankan membuat layanan nasabah menjadi lebih personal dan fleksibel.
Namun juga disadari oleh para owner BSY bahwa kecanggihan teknologi dan digitalisasi perbankan tidak akan bisa menggantikan kedekatan emosional dan jiwa, keakraban, serta membangun relasi personal antara pihak bank dengan para nasabah.
Atas pertimbangan tersebut, tambah Ananta, disamping mengembangkan digitalisasi perbankan, BSY masih tetap membangun jaringan kantor sampai ke berbagai pelosok kecamatan dan pedesaan.
“BPR punya peran pula sebagai konsultan bagi para nasabah. Kantor-kantor fisik yang dibangun bisa digunakan sebagai tempat konsultasi, bimbingan, dan pertemuan-pertemuan arisan para nasabah. Kantor fisik juga efektif untuk promosi dan brand image BSY selama ini, dengan ciri khasnya sebagai BPR masyarakat Jawa Tengah. Kantor fisik juga menggambarkan kedekatan antara bank dengan para nasabah. ” tambah Ananta.
Menurutnya sesuai dengan visi BSY diarahkan untuk bisa menjadi “BPR Regional di Jawa Tengah dan Terkemuka di Indonesia”, BSY masih akan terus melakukan ekspansi ke beberapa Kabupaten di Jawa Tengah. Saat ini BSY sudah beroperasi di tujuh (Kabuaten) di Jawa Tengah. Dalam rencana besar, lima tahun mendatang BSY akan menambah wilayah kerja seperti Kabupaten Batang, Pemalang, Kota Pekalongan, Tegal, Kota Tegal, Brebes, Kebumen, Purworejo, hingga Kabupaten dan Kota Magelang. (H60)